MARDHATILLAH Care – 51
MARDHATILLAH Care – 51
Tangerang
Selatan, 28 Desember
2024
KONTRIBUSI
“Your best contribution is your continuous present”
(
Kontribusi kita merupakan kehadiran yang berkelanjutan)
Dalam kehidupan bermasyarakat selalu yang ditanyakan adalah kontribusi
atau peran serta menjadi
bagian yang turut menyelesaikan masalah-masalah yang timbul
di masyarakat. Salah satu masalah
yang cukup signifikan yang ada di mayarakat adalah masalah
kesehatan. Penanganan masalah kesehatan masih menjadi polemik
serta kompleks. Hal ini karena
menyangkut doktrin
yang sudah mendarah daging dalam kehidupan, seperti
sakit ya berobat, sakit ya ke dokter.
Dari pemahaman tersebut
menunjukkan bahwa masyarakat
tidak berani berubah
pola pikirnya untuk mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri
yang akhirnya menciptakan ketergantungan kepada dokter dan obat. Padahal yang sakit diri kita, artinya
masalah kesehatan kita adalah
masalah kita, lalu mengapa kita biarkan
justru orang lain yang paling
tahu tentang kita ? Dan ujungnya orang lain yang menentukan hidup kita.
Konsep Karnus melalui
salah satu mitra nya, yaitu Mardhatillah Care, mencoba membangun pemahaman bahwa “kita harus bisa menjadi dokter
bagi diri sendiri” , yaitu melalui seminar- seminar, program-program kesehatan, pengenalan atau sosialisasi nutrisi serta kajian-kajian terkait sakit dan bagaimana
menanganinya. Semata-mata adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan melakukan edukasi secara komprehensif melalui tindakan nyata, seperti terapi gratis dan seminar-seminar kesehatan. Mengubah mindset bahwa semua penyakit
bisa diobati, atau ada obatnya,
sehinga diharapkan tidak perlu minum obat selamanya.
Atas dasar uraian di atas, kita menjadi paham bahwa kesehatan
kita tidak tergantung pada orang lain, meski itu dokter sekalipun. Bayangkan sedikit-sedikit ke dokter, masuk angin ya ke dokter, gemreges badannya ke dokter, sehingga dampaknya
KITA SANGAT BER KETERGANTUNGAN KEPADA DOKTER. Benar kita sangat
menghargai ilmu kedokteran, sebagaimana kita menghargai seorang guru yang memberi
resep untuk tahu, pandai dan mengerti serta pintar. Namun siswa itupun akhirnya mandiri dan tidak tergantung pada gurunya.
Bahkan bisa hidup menapak jalan masa depan lebih tinggi dari guru yang telah memberi
resep asupan ilmu dan pengetahuan.
Tentu kita tidak sedang mendiskreditkan keberadaan dokter,
namun justru mengangkat jasa dokter untuk
memberikan lebih dari sekedar
jasa menolong orang sakit, namun juga memberi pencerahan bagaimana menyikapi penyakit.
Guru dan dokter pada hakekatnya sama-sama memberikan
“resep” hidup sehat. Dari
sisi
jiwa
(
akal, rasa dan
kehendak) dan raga (
badan/tubuh manusia. ( Red
– MD)
Comments
Post a Comment